Hujan selalu mengingatkanku pada ibu..
Ibu yang selalu mementingkan
kesehatanku. Yang selalu menjagaku. Agar aku bisa selalu bermain dengan teman
sebayaku dan tidak meringkuk sakit, dan
terus mengeluh karena demam.
Ibu begitu menyayangiku. Bahkan
ketika beliau tahu aku akan bersiap siap hendak mandi hujan bersama teman teman
ku pun, beliau dengan sangat galak akan memegang sapu sambil melotot ke arahku
dan berubah seketika menjadi orang yang sangat menakutkan. Tapi ibu tidak benar
benar jahat. Tujuannya satu. Beliau tidak ingin aku sakit. Tidak ingin aku
rewel karena demam.
Ibu.. oh.. ibu..
Pernah suatu kali walau dengan
berat hati, ibu mengijinkanku ikut mandi hujan bersama teman-teman setelah aku
merengek dan terus merengek tak karuan. Meski mengijinkan aku mandi hujan, ibu
tetap mengawasiku dari jauh. Mengharuskanku memakai sandal, jas hujan, dan
topi.
Awalnya aku protes. Mana ada anak yang bermain hujan menggunakan assesoris seperti itu. Meski protes aku tetap menurut. Bagiku, ijin dari ibu saja sudah cukup menyenangkan. Dengan nakal aku berlari berkejaran dengan teman-temanku dibawah hujan. Kulepaskan sandal, jas hujan, dan topi yang dipakaikan ibu tadi. Aku melupakan pesan ibu. Ku biarkan ibu berteriak teriak memarahiku. Memanggilku untuk segera pulang.
Alhasil, malamnya aku demam. Beliau mengompres keningku dan memberiku multivitamin sambil terus menasehatiku. Dan sejak saat itu aku jera bermain hujan.
Awalnya aku protes. Mana ada anak yang bermain hujan menggunakan assesoris seperti itu. Meski protes aku tetap menurut. Bagiku, ijin dari ibu saja sudah cukup menyenangkan. Dengan nakal aku berlari berkejaran dengan teman-temanku dibawah hujan. Kulepaskan sandal, jas hujan, dan topi yang dipakaikan ibu tadi. Aku melupakan pesan ibu. Ku biarkan ibu berteriak teriak memarahiku. Memanggilku untuk segera pulang.
Alhasil, malamnya aku demam. Beliau mengompres keningku dan memberiku multivitamin sambil terus menasehatiku. Dan sejak saat itu aku jera bermain hujan.
Tapi, kejeraan ku bermain
dibawah hujan tidak semerta-merta berarti aku tak menyukai hujan. Sejak saat
itu aku malah makin jatuh cinta pada hujan. Ibu mengajariku banyak hal tentang
hujan. Mengajarkan aku untuk mencintai dari jauh. Mencintai dengan bijaksana. “Tidak
semua yang bermain hujan itu, cinta hujan” begitu kata ibu. Sejak saat itu aku
selalu gembira jika hujan datang. Memandangnya dari jendela kamar sambil
bernyanyi.. “tik tik tik, bunyi hujan di atas genting...” menyenangkan.
Ibu segalanya bagiku. Disaat
aku salah sekalipun beliau tetap saja menyayangiku. Merangkulku, sambil
menasehatiku bijak.
Terimakasih telah mengajarkan
ku banyak hal, Bu. Mengajarkan aku mencintai hujan dengan bijak. Aku sayang
ibu.
Bandar Lampung,
Anakmu yang menjengkelkan.
0 komentar:
Posting Komentar
Hujani Komentar Please