Aqueensya Doll

Jumat, 31 Agustus 2012
Minggu ini melelahkan sekali. Kegiatan yang tadinya enjoy di lakukan, sekarang malah balik menyudutkan. :'( Banyak pesanan handycraft ku yang keteteran. Ternyata memboyong kerjaan untuk ikut berlibur adalah masalah besar. Selain bahan yang sulit di temukan, fasilitas juga kurang memadai. Ruang kerja, jam istirahat, dan tempat untuk rehat minim sekali ku nikmati. :(

Aku memang banyak mengeluh akhir-akhir ini..

Tapi dengan sisa bahan yang seadanya aku masih bisa buat satu pesanan..

Sebetulnya bukan minim bahan. Minim dakron lebih tepatnya. Disini tidak ada satu toko pun yang menjual dakron. Benar-benar menjadi langka. huuufh..

Untungkah, di kantong ajaib ku masih tersisa beberapa gram dakron.. dan sim salabim.. jadilaaaah..

tedooong..






Tinggi bonekanya 15cm.. :) yeeeey.. Jadi deeeeeh.. Sayangnya boneka couplenya belum jadi karnaaa.. masalah dakron tadi.. 2

tik ... tik ... tik ... Bunyi Hujan

Senin, 27 Agustus 2012


tik ... tik ... tik ... bunyi hujan
di atas genting

aku selalu menyukai hujan. 
pun yang turun senja ini. 
meski dengan kehadiranmu dalam gusar yang tak bisa kuterka. 
namun aku hanya berharap semua baik.


airnya turun 
tidak terkira

seperti kalimat yang mengalir keluar dari mulutmu.
tak terterka, tak terkira. 
menyudahi semua yang terlalui dalam hitungan tahun.
membuatku diam beberapa jenak. 


cobalah tengok
dahan dan ranting

andai hati yang di dalam sini pun bisa kutengok. 
masih sama kah? masih berbentuk kah? atau sudah menjelma keping?


pohon dan kebun
basah semua

kedua pipiku pun... 
ditingkahi air yang jatuh dari mata...


Hujan di Senja



Saya memilih beberapa potong donat dari etalase toko roti mungil ini dan segera memasukkannya ke kantong plastik. Donat dengan lelehan coklat diatasnya. Setelah membayar, saya segera menuju ke tempat biasa saya menghabiskan sore sepulang beraktivitas. Sebuah kedai kopi di sudut jalan ini. Saya duduk di tempat favorit-dekat jendela  Dan saya sedikit menyesap coklat panas yang tadi saya pesan. Entah kenapa saya selalu membeli camilan di toko yang berbeda padahal kedai ini juga menyediakannya? Sudahlah, toh saya tidak mau repot-repot memikirkan itu.

Waktu seakan berjalan begitu cepat. Sekarang sudah hampir gelap, mungkin sekitar pukul setengah tujuh. Saya tidak tahu. Sebenarnya saya sendiri malas untuk melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kiri saya.

"Hujan..." saya berguman tanpa sadar ketika melihat bulir-bulir hujan dari langit. Hanya gerimis, memang. Namun cukup membuat saya kedinginan. Saya sekarang sedang berdiri di depan kedai ini, menunggu hujan reda. Saya bisa saja menerobos hujan dan berlari pulang seperti yang dilakukan orang-orang. Tapi saya malas, saya ingin menikmati waktu ini sebentar lagi.

Refleks, saya menoleh ke samping ketika telinga saya mendengar umpatan dari seorang pemuda berseragam SMA. Ia sedang melontarkan umpatan kepada hujan, seperti,"hujan sialan! bagaimana bisa pulang kalau begini?"

Dalam hati saya tertawa sekaligus jengkel.
Berhentilah mengomel dan nikmati waktumu.

Memejamkan mata, tanpa sadar saya mengarahkan tangan pada tetes hujan yang semakin menderas. Dingin.
Mungkin orang-orang yang ikut berteduh merasa heran dengan kelakuan aneh saya. Saya merasa, ada beberapa pasang mata yang memandang saya. heran.

hampir setengah jam...

Hujan belum juga reda. Berkali-kali saya mendapat pesan di handpone, menanyakan 'kapan pulang?', 'perlu dijemput atau tidak?'

Saya mengetik singkat, 'sebentar lagi, hujannya masih deras. tidak usah dijemput.'

Sempat terpikir, bagaimana kalau saya membeli segelas coklat panas lagi? toh sisa donat saya masih ada. Saya ragu, saya enggan meninggalkan tempat ini meskipun hanya untuk beberapa langkah saja.

Coklat panas yang ditempatkan dalam wadah plastik kini sudah ada di tangan kiri saya sedangkan tangan yang satunya lagi memegang donat yang sudah separuh saya makan.

Saya mulai jenuh, saya pun  berjalan ke arah mini market yang jaraknya tidak begitu jauh, siapa tahu di sana ada payung yang bisa dibeli.

Handpone di saku celana jeans saya terus bergetar menandakan ada pesan atau telpon yang masuk. Tidak menghiraukannya, saya tetap melangkah ke kasir, membayar payung berwarna biru muda yang saya beli.
Lampu-lampu jalan sudah sejak tadi dihidupkan. Saya bisa melihat orang-orang tengah berjalan di bawah hujan seperti saya atau yang berlari sambil merapatkan jaket yang kebetulan mereka pakai. Menghindari hujan. Sama seperti saya. Tapi saya menghindari hujan dengan payung ini. Resiko basah karena hujan pun lebih sedikit.

Ujung celana jeans saya sudah sangat basah terkena cipratan air hujan bercampur lumpur, sedikit tidak nyaman memang. Tapi saya tetap berjalan.

***

Rumah....
Saya sudah sampai di rumah beberapa menit yang lalu. Di sambut dengan pertanyaan-pertanyaan memojokkan karena pulang begitu malam. Sepertinya alasan 'hujan'  belum cukup bagi mereka.

Segelas cappucino instant yang saya beli kemarin di mini market cukup untuk menemani saya malam ini di dalam kamar yang sempit namun nyaman. Kamar adalah zona pribadi saya, 'rumah' saya.

Gerimis masih terdengar dan saya bisa mengingat dengan jelas apa yang saya lakukan dari sore tadi hingga sekarang. Mulai dari memilih donat, membaca novel di kedai kopi langganan, sampai akhirnya saya berada di kamar ini.

Rainy Afternoon...

Kata-kata itu tiba-tiba saja terlintas di benak saya. Secepat yang saya bisa, saya tulis kata-kata itu di selembar kertas, Saya juga tidak mengerti kenapa?

Hanya 'Rainy Afternoon'.


Martapura, 27 Agustus 2012
sambil mendengarkan, Mesin Penenun Hujan - Frau

Move On

Selasa, 07 Agustus 2012


Aku benci perubahan.

Aku tidak suka dengan sebuah perubahan, dari segi manapun. Perubahan membuat kita melupakan akan kenangan-kenangan masa lalu. Perubahan membuat semuanya menjadi samar. Perubahan mengharuskan kita untuk tetap bergerak maju, menerima hal-hal baru yang kita sukai maupun tidak.

Saat kita sudah merasa sangat nyaman, tiba-tiba perubahan menghancurkan segalanya. Mengharuskan kita untuk berpindah. Mengharuskan kita untuk mengawali semuanya dengan baru. Mengharuskan kita untuk menikmati sesuati yang baru walau kita tidak menyukainya.

Ada kalanya disaat kita mengingat setiap detil hal-hal indah di masa lalu, sebelum perubahan menghancurkannya. Kita ingin kembali, mengulang masa-masa indah itu kembali. Sangat ingin. Tetapi, kita bisa apa? Apa mungkin kita memutar waktu, mengulangi segalanya? Tidak, tidak mungkin. Ironis, bukan? Tetapi, itulah hidup. Hidup tidak bertanya kepada kita apakan kita siap dengan perubahan atau tidak. Apa yang memang seharusnya terjadi, hanya terjadi begitu saja. Tidak ada yang perlu berdebat. Semuanya terjadi secara natural.

So, just keep moving.