Negeri Hujan (1)

Kamis, 29 Oktober 2015

“Hei, bangun. Bagaimana bisa kamu tidur disaat badai tropis hampir datang. Cepat kembali ke keluargamu, mereka pasti memerlukan bantuan untuk memastikan gelembung hujan kalian terpasang dengan baik.” gadis muda dengan baju seperti terbuat dari parasut lembut berwarna merah muda itu berusaha membangunkanku sambil menggoyang-goyangkan tubuhku kasar.

 

Aku bangun sambil mengsap-usap mataku. Takjub akan tempat yang baru saja aku lihat ini. Gadis muda yang tadi membangunkanku dengan kasar masih ada. Dia duduk setengah jongkok di sampingku. Kulitnya putih, wajahnya seperti tidak asing bagiku, seperti orang Asia biasa namun sedikit istimewa, ia memiliki mata yang bundar besar, tidak sepertiku yang bermata sipit. Dengan mata besar dan bulu mata lentik, ia mengingatkanku dengan boneka-boneka Barbie adikku, Jelyn.

 

Aku masih tidak percaya. Tanganku dengan reflek mencubit-cubit pipi tirusku. “aaargh..” erangku. Cubitan dipipi ku terasa sakit. Gadis itu masih memperhatikanku dalam diam.

 

“dimana aku?” tanyaku begitu saja.

 

“harusnya aku yang bertanya padamu. Kenapa kamu disini? Harusnya kamu sudah berada dirumah dan segera berlindung pada cuaca seperti ini.” Gadis itu menjawab pertannyaanku sambil hendak berlalu.

 

“hmm.. aku.. aku benar-benar tidak tahu dimana aku saat ini. Aku tidak bercanda”, sedikit gemetar aku mencoba menahan gadis itu agar tidak segera berlalu.

 

“oh okelah, sebaiknya kamu segara ikut ke rumahku saja. Nanti kita bicarakan lagi. Yang terpenting saat ini adalah mencari tempat berlindung dan segera memastikan gelembung hujan terpasang dengan baik”, gadis muda tadi menatapku tegas sambil memberi isyarat untuk mengikutinya.

 

Aku yang masih kebingungan hanya bisa mengikutinya dari belakang, sambil celingukan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pikiranku berputar-putar. Ingatan terakhir yang bergelayut manja hanyalah kamar tidur dan jendela kamarku.

 

Ujung jalan setapak yang kulalui ini berakhir pada sebuah perkampungan gersang dengan bunga layu dimana-mana. Sungguh tidak ada yang indah. Perasaan asing yang dari tadi seperti memukul paksa kepalaku, tiba-tiba hilang. Berganti perasaan takjup tak terhingga. “ayo lekaslah”, gadis itu menggetkanku yang masih ternganga-nganga. Aku mengangguk sambil terus mengikutinya.

 

“ini rumahku. Silahkan masuk.” Gadis tadi mempersilahkan aku masuk ke rumahnya setelah beberapa kali mengetuk dan pintu terbuka. “ini temanku, Paya. Hmm.. aku belum tahu namanya, tapi nanti saja kita cari tahu.” Gadis itu berkata pada seorang laki-laki setengah baya yang membukakan pintu tadi sambil bergegas berlalu. Laki-laki separuh baya itu tersenyum hangat padaku. Seperti langsung mengerti apa yang diucapkan anaknya tadi.

 

“ini. Pakai ini. Pakaianmu itu tidak akan membantu melindungi tubuhmu saat musim badai tropis seperti ini.” Aku kaget. Gadis itu sudah berada lagi di depanku seraya menyodorkan pakaian tipis berbahan sama seperti yang ia pakai. Tidak transparan, tapi sangat tipis. Seperti terbuat dari serat plastik paling tipis namun sangat kuat.

 

“hmm.. iya.. akan aku pakai..” balasku sekenanya sambil sedikit tergugu.

 

“itu kamar gantinya” gadis itu menunjuk sebuah tempat yang bahkan hanya terlihat seperti lemari biasa. Aku mengangguk tanda mengerti. “setelah itu bergegaslah keluar, bantu kami membuat ‘Claudy’. Oke?” tanpa menunggu persetujuanku, gadis itu langsung berhambur keluar. Pikiranku yang dari tadi masih bertanya-tanya seolah memberontak minta diberi penjelasan. Aku bahkan masih belum percaya jika aku ada disebuah rumah yang dari luar tampak seperti batu gunung yang sering kulihat di daerah puncak, namun memiliki ruangan bak istana di dalamnya. Otakku sudah seperti tidak bisa mencerna dengan baik ini semua. Ini seperti tidak nyata. ini tidak benar. Berharap sekali dalam hati semoga hanya bunga tidur.

Bersambung..

Nb: Ini cerbung pertama yang bertema fantasi. Masih sengaja dibuat ngegantung, biar tambah penasaran.. Wkwkw.. Sendirinya aja masih penasaran mau dilanjutin gimana.. Hihiii

Satu Lusin Tahun

Jumat, 16 Oktober 2015




#LatePost


Barakallah..


Meski sering berantem meributkan hal-hal kecil dan sepele, bulan ini, di tanggal ini, hubungan kami sudah jalan 11 tahun. Sudah lewat 1 dekade. Satu tahun lagi untuk satu lusin tahun.. Hihii.. :p 

Banyak yang tanya-tanya, gimana rasanya bisa berhubungan dengan satu orang dalam waktu selama itu. Banyak juga yang bilang, terlalu lama, terlalu lama menanggung dosa. Kenapa tidak dihalalkan saja?? Aahh.. Biarlah orang mau bilang apa. Kami yang menjalani. Kami yang melewati. Kami yang berhubungan. Dan kami juga yang menjaga hingga sampai di angka ini. Mereka yang berkomentar sumbang dibelakang, bisa jadi iri pada kami.. Hehe..

Berbagai pertanyaan masuk di bbm, line, dan komen instagram setelah aku menuliskan angka anniversary kami. Aku bakal jawab beberapa..

Yakin, kalian pacaran selama itu?
Iya. Kami pacaran sudah sejak 2004.

Bagaimana rasanya??
Menyenangkan.

Pernah merasa bosan??
Pernah. Yakali berhubungan selama itu gak pernah ngerasa bosan.

Pernah LDR ? Berapa lama??
Pernah banget. Hampir 3/4 dari lamanya kami pacaran, kami lalui dengan LDR. Tepatnya sejak 2007. Secara, aku kuliah di Lampung, dia di Martapura.

Sering ketemu?? Dimana??
Iya. Di Martapura. Secara, babe dinas disana juga. Sering juga sih dia yang ke Lampung.

Yakin dia setia??
Hmm.. Harus yakin. Sekalipun dia selingkuh, kan masih pacaran ini. :p Masih bisa cari ganti yang lain.. :p

Berapa kali berantem dan putus selama 11 tahun ini??
Berantem?? Haha.. Ratusan.. Ribuan.. Berkali-kali yang pasti.. Yakali ah pacaran selama itu gak pernah berantem.. :p Putus?? Gak pernah tuh. Sumpe deh.. 


Pernah Selingkuh??
haha.. Pernah.. :p Pas masih zaman nakal-nakalnya.


Kenapa Bisa Tahan Lama Kalau Sering Berantem??
Klise. Sudah males memulai hubungan yang baru. Sudah lupa rasanya PDKT dan malu-malu. hihii


Apa tujuan kedepan??
Menikah, punya anak-anak yang lucu, dan keluarga yang harmonis.

Kapan??
Tunggu undangan saja. 



Sebagai manusia normal, menikah adalah akhir dari pacaran. Siapapun pasti menginginkan hari baik itu segera datang. Tapi sebagai manusia, kita juga harus sadar. Jodoh, rezeki, maut, semua sudah ada yang mengatur. Kami berdua pun begitu. Kami berikhtiar, Allah yang menentukan. ^_^ Doakan saja kami. 


Sambil mendengarkan yang tidak ingin didengar.. :)


Mimpi gigi copot !! Bermaknakah??

Senin, 24 Agustus 2015





Seperti tidur dimalam-malam sebelumnya, beberapa hari yang lalu aku memulai rutinitas itu dengan membaca doa yang sudah kuhafal sejak kecil dan memejamkan mata dijam-jam larut; 11.35pm. 



Malam itu aku bermimpi..



Hah !! Untuk yang satu ini aku bukan lagi seperti bocah kecil yang merengek ke ibunya menanyakan arti mimpi yang baru saja aku alami. Aku cukup mengerti dan paham betul apa yang sering dijelaskan oleh uztadzah dan uztad dipengajian atau dari televisi tentang hukum bermimpi buruk atau singkatnya bermimpi. Aku hanya cukup meludah kearah kiri sambil berucap astafirullah 3x setelah bermimpi buruk, diam, dan berdoa semoga tidak ada hal buruk yang terjadi.



Aktifitas pagi sebelum bekerja adalah beberes rumah dan bebenah badan. Tapi pagi ini aku benar-benar lupa. Mimpi itu terlupakan. Aku bahkan mengingatnya ketika mandi. Astaga !! Itu ternyata mimpi buruk pertamaku tentang gigi copot. Aku benar-benar baru kali ini mengalaminya. Ketika ingat, aku seperti ketakutan. Seharian isi kepalaku hanya tentang mimpi buruk, bunga tidur, sesuatu yang bisa saja aku pikirkan sebelumnya. Aku bahkan lupa untuk meludah kesisi kiri 3x. Ya Allah..



Dalam mimpi itu, aaah.. Mimpi itu.. Dari mana harus memulai.. Hmm..
Dalam mimpi itu aku seperti sedang dibangunkan oleh seseorang, yang kemudian menegur ku, menanyakan benda apa ini, yang terserak di atas tempat tidurku. Bentuknya putih. Untuk beberapa saat aku sempat bertanya-tanya, tapi kemudian menyadari bahwa itu adalah gigi geraham bawahku yang dulu sering sakit. Gigi itu sudah lepas sempurna. Tidak menyisahkan akar-akar gigi yang bisa mengganggu di mulutku. Seseorang yang membangunkanku tadi menyuruhku bercermin, memastikan apa benar gigiku sudah lepas hingga ke akar-akarnya, sebab gigi yang lepas ini, pecah jadi berapa bagian ketika ditemukan di tempat tidurku. Yang anehnya, aku seperti merasa sangat lega, seperti telah melepaskan beban-beban berat. 



Hmm.. Ya Allah,  semoga ini hanya bunga tidur.. Semoga apa yang orang-orang dan om google bilang tentang arti mimpi gigi copot bukanlah pertanda buruk. Semoga ini hanyalah mimpi-mimpi kosong karena aku sudah sering sekali sakit gigi. Semoga tidak ada hal buruk yang akan terjadi, dan semoga selalu hanya hal baik yang ada. Aamiin..



Sampai aku mengepost cerita ini, mimpi itu baru berlalu 2 atau 3 malam, aku lupa persisnya.. Tapi aku masih belum bisa melupakannya. Ya.. Mungkin benar, aku memang harus lebih banyak berpasrah kepada-Nya. Beliaulah Maha Mengetahui, Maha Segala-galanya. Satu-satunya Zat yang sudah menentukan rezeki, jodoh, bahkan maut. Sebagai ciptaannya, aku hanya bisa berdoa, meminta yang terbaik yang sudah digariskan-Nya untuk ku. ^_^



Menulis ini sambil nonton iklan MCd. (Abaikan)




Semua Menjadi Jelas Saat Kita Semakin Dekat

Senin, 22 Juni 2015
Ngebolang kali ini sungguh dimodali oleh nekat. Wkwkw.. Pertama kali deh ke Jakarta sendirian. Hmm.. Suer inih..  :p


Sebenarnya ke Jakarta juga bukan untuk main-main sih, ada urusan yang memang mengharuskan aku turun langsung, jadi mau enggak mau memang harus diberani-beranikan.. Lalalalaaa..


Eh tapi justru yang diberani-beraniin atau tepatnya disebut sok berani ini yang justru jadi kenangan yang benar-benar mengesankan. Pengalaman yang ndeso tapi memberi banyak pelajaran.


Aah.. Bukankah memang selalu ada yang pertama? Pertama kali di bus sendirian, pertama kali naik kapal sendirian, pertama kali nunggu di Gambir 2jam, pertama naik transJakarta, pertama kali naik bajaj, pertama kali tahu kos-kosan di Jakarta yang ternyata mengejutkan, pertama kali makan lesehan harga bintang lima.. aaaah.. Semuaa sepertii pertama kali..


Pertama kali yang pertama, jalan jauh naik Bus sendirian. Sebenarnya tidak ada yang buruk dengan perjalanan dan transportasinya. Damri Royal Class memang jempolan. Nyaman, nyaman, nyaman, meski dengan harga lumayan mahal, 255rb.. Hihii..Tempat duduknya bikin betah.. Wkwk.. Luas, dan enggak bikin kaki kesemutan, apalagi buat yang kakinya panjang kaya aku.. Hehe.. Nyampe di Gambir pun cepat banget, sampe a' Adang yang mau ngejemput ajaa belum sempet sholat subuh.. Duh ! Ckck..


Pertama kali yang kedua, di Kapal sendirian (yang ini agak lebay, orang sebanyak itu di kapal dibilang sendirian) wkwk.. You know lah, gimana sendirian diantara banyak orang, celingak celinguk sendirian. Pura-pura jadi sok akrab padahal aslinya males banget. :( Kebetulan kapal yang aku naiki untungnya gak jelek-jelek amatlah, kelas bisnis lesehan yang aku masuki juga cukup nyaman. Lumayanlah cuma bayar 10rb udah bisa buat selonjoran, ngelurusin kaki, tidur juga. Kalau mau bantal, disediain kok. Tambah 3000 aja.. Hihii..


Pertama yang ketiga, dapet kosan harian yang ternyata isi penghuninya mengejutkan. Hmm.. Ya gitu deh.. Aneh saja buat aku yang notabene cuma kuliah di Unila dan tinggal di kos-kosn yang masih nerapin sistem terpisah untuk pria dan wanita. Kosan di Jakarta mah lebih individu dan privat banget. Enggak yakin deh temen satu kosan bisa saling kenal. Hmm.. Dan yang ngagetin, cowok dan cewek bisa satu kamar. Padahal enggak dalam ikatan suami istri (untuk yang ini aku enggak asal ngomong, udah dikroscek sama penjaga kosan yang ngaku enggak ada penghuni kosan yang udah merrid). Hmm.. Jakarta memang udah dalam kondisi gawat darurat untuk urusan moral dan norma. A' Adang aja sampe bilang, "susah nyari cewe yang belum bolong di Jakarta, kalau enggak ikut ngebolongin, ntar malah dapet sisaan semua".. Haha gubraaak.. Eh jangan serius duluu, itu cuma sebagian kecil candaan kamii disela-sela nunggu transJakarta arah Pulo Gadung.. Hihii..


Pertama kali yang keempat, naik transJakarta. Untuk satu ini, sebenarnya di Lampung dan we Palembang sudah ada.. Sudah enggak aneh dengan model transportasi yang kaya ginian. Cuma, karena ini di Jakartaaa, kan enggak ada salahnya juga dicoba. Sebagai orang yang pertama kali naik trans Jakarta, memang disarankan sekali membeli kartu e-ticket di loket trans. Tinggal bayar 40rb yang berisikan deposite 20rb, sudah bisa keliling Jakarta. Model transportasi murah meriah yang lagi banyak digandrungi di Jakarta. Persis seperti Palembang. Hanya 3500 untuk sekali jalan. Sampai tujuan. Muraaah pakee banget deh.. Hihii.. Bedanya dengan Lampung, trans Jakarta tidak memungut biaya tambahan untuk setiap transit. Misalnya dari halte UNJ mau ke halte Gambir II, kita harus dua kali transit; Halte Dukuh Atas dan Monas. Tapi semua free.. Padahal jarak yang ditempuh lumayan jauh loh.. Di Lampung sendiri, tiap transit, kudu bayar lagi dan lagi.. Hmm.. Matree yaa.. Wkwk..


Pertama kali yang kelima, naik bajaj. Hahaha.. Yang terlintas pertama kali naik bajaj cuma, "eh ternyata bajaj itu lebar".. Wkwk.. Beneran. Biarin deh dibilang udik. :p Di televisi mah perasaan kecil.. Hahaha.. Kalau enggak gara-gara aku ngotot ngajak a' Adang ke PRJ, pastii belum kesampaian juga tuuh naik bajajnya.. Hehe.. Abis muter-muter naik trans Jakarta, akhirnya kami turun di halte Jembatan Merah yang akhirnya membawa akuu ke PRJ naik bajaj. Untuk biaya bajaj sendiri, seperti yang diajarkan A' Adang, kita musti tawar menawar dulu, jangan asal naik, ntar malah dibohongin. Normalnya sih 15rb ajaa.


Pertama kali yang keenam, makan dilesehan harga bintang lima. Yang ini bagian yang bener-bener gak bisa dimaafkan. Bikin shok jantung.. Hahah.. Coba deh bayangin, masa cuma makan semangkok es buah a.k.a es campur, segelas es jeruk, dan semangkok soto betawi yang rasanya bener-bener kaki limaaa, bisa habis 87rb.. Aku dan a' Adang cuma bisa menertawakan kebodohan ini. Gimana bisaa, naik bajaj aja masih kudu tawar menawar, biar enggak kena tipuu, eh tapii kami malah ketipu di angkringan kaki lima. Ckckc.. Sial !


Dari semua kali pertama ituu, yang terakhir ini yang paling istimewa..


Pertama kali yang ketujuh, sang pemandu wisata yang malah belanja habis-habisan.. Hihii.. Padahal tuh a' Adang sebenernya ogah-ogahan awalnya di ajak ke PRJ. Tapii pas udah sampe sana malah dia yang khilaf mata. Wkwkw.. Lumayan banyak deh belanjanya, beli celana jeans aja kalau enggak diingetin bisa selusin diborong semua. Ckck.. Maklum sih, diskonnya gila-gilaan sih, jeans yang harga normal bisa 300an, ini semua dibandrol 99rb. Hmm.. Booth jeans itu sendiri memang merek terkenal sih, padet bukan main, isinya orang semua. Hahah.. Beli HaPe, helm, makan ini, makan ituu.. Ckckc.. Padahal, yang tinggal di Jakarta kan dia.. -_____-" Aku malah bingung mau beli apa. Yang ada dipikiran hanyaa maleees bangeet kalau banyak bawaan. Hmm.. Sendirian sih pulangnya.. :(
Lain kali kalau memang diharuskan ke Jakarta sendirian lagii, sepertinyaa enggak boleh bawa-bawaan yang banyak deh.. Biar bisa belanjaa sepuas-puasnya.. Hihii..


Satu hal yang pastii, jangan menilai sesuatu hanya dari kabar yang belum tentu kebenarannya. Sejauh yang aku temui, Jakarta dan masyarakatnya tidak seburuk berita-berita yang beredar.. :*


Untuk sekedar liburan, Jakarta masih recommended deh.. Tapi untuk tinggal lama, memang harus berkali-kali lagi dipikirkan.. Lalalalalaaa..




Yang Tidak Pernah Terduga

Selasa, 02 Juni 2015
Mood menulisku tiba-tiba kebanyakan naik turunnya akhir-akhir ini. Meskipun sadar kebiasaan biruk itu harus segera ditinggalkan, tapi sungguh benar-benar bukan pekerjaan yang mudah membujuk mood yang sedang tidak bersahabat ini. Meskipun. Meskipun kepala ini sudah sesak dengan banyak ide-ide yang ingin bergegas ditulis paksakan. Huh. Maafkeun. :(


Oke skip..
Hari ini, adik kembarku yang nakal dan rewel memaksaku ikut nonton film "Aku, Kau, dan KUA" di dvd. Film yang remaja banget dan sempat aku pandang sebelah mata. Hehe.. Meski diawali dengan mood yang masih uring-uringan, akhirnya aku ikut menonton juga.


Dan sialnya, aku "MENIKMATINYA". Hahaaa..
Film ini penuh pembelajaran. Padat pemahaman. Meski dikemas dengan genre komedi romantis. Sungguh. Ada cinta, komedi, persahabatan, kesetiaan, kejujuran, dan penerimaan. Hehe.. Sudah macam komentator film profesional saja aku ini.. Hihi.. Maafkeun lagi yaak.. Wkwk


Ada klimaks adegan yang paling buat aku jadi baper. Adegan saat seorang sahabat yang paling tahu setiap inchi hal baik dan buruk yang pernah kita lalui, meminta untuk menikahinya. Mau menerima semua besar kecil kesalahan masa lalu kita. Apa adanya.
Hiiks.. Jadi baper, jadi baper..


Adegan itu seperti benar-benar mengenai hatiku yang paling dalam.. Aku bahkan sampai nangis loh nontonnya.. Wkwkw
Mengingat, aku pun pernah dimintai menikahi sahabat baikku..


Skip, skip, skipppp.. Abaikan.. Hahaha


"Seperti dermaga yang selalu menunggu kapanpun kau akan kembali berlabuh."
Semoga saja. Ah.. :p
(Jadi baperkan.. Hiks.. Aku mah gitu orangnya.. Wkwk)

Introsfeksi Diri

Rabu, 15 April 2015
Sudah lama saya tidak merasa benci terhadap seseorang. Apalagi pada seorang pria. Tapi saat ini, untuk entah yang keberapa kalinya saya mengucap "I hate you. I hate you so much."
Kamu tahu apa yang saya khawatirkan ketika marah? Saya kerap asal saja mengucap hal yang buruk. Harapan-harapan buruk. Yang apabila marah saya sudah mereda, maka sayapun akan menyesalinya. :(
Sahabat saya bilang, come on Tya its not you, mad about something that doesn't important. Teman saya yang lain bilang, its not you tya, why you thinking about someone whos never give you anything.
And then I realize..
Tidak ada yang akan berubah seberapa besar pun saya kesal pada pria ini. :(
Sekarang saya sudah baikan. Saya sanggup berdoa agar Allah mengampuni dosa-dosanya karena telah menyakiti saya, bahkan tanpa dia sadari. Ini bukan salahnya. Ini salah saya yang memberinya kesempatan. Kesempatan untuk menyentuh dan menyakiti hati saya.
Allah tidak suka karena saya mulai berharap kepada yang selain Dia. Dia menegur saya melalui kekecewaan.
Untuk itu, saya telah banyak berpikir..
Bila kita sedang merasa kecewa terhadap seseorang, ada baiknya kita introspeksi diri sendiri terlebih dahulu.
Apa benar kekecewaan kali ini adalah benar kesalahan orang lain?
Apa benar kamu tidak andil pada kesakitanmu yang kali ini?
Apa benar itu terjadi karena Allah tidak sayang padamu?
Atau ini terjadi karena kamu yang tidak sayang pada dirimu sendiri?
^_^

Menghilangkan Jamur Hitam Dimukenah

Minggu, 12 April 2015
Pernah sedih karena mukenah kesayangan yang biasa dipakai sehari-hari jadi punya banyak jamur yang berbintik-bintik hitam dibagian kepala? Aku pernah!


Ibuku punya kebiasaan untuk menyimpan mukenah yang sudah tidak pantas dipakai karena jamuran kelemari pakaian di gudang. Alasannya selalu sama. Karena mukenah yang sudah berjamur, jamurnya akan sangat sulit dihilangkan. Hmm.. Beberapa kali mukenahku harus rela dimuseumkan setelah aku terlanjur putus asa membersihkannya. Jamur hitam itu bandel dan aku sudah berkali-kali juga mengutuknya. Aaarrrgh.. Tapi yang namanya jamur, kusimpan mukenah yang lama karena tidak bisa dibersihkan, melekat lagi jamur-jamur itu dimukenah yang baru. Huft..


Kali ini jamur-jamur itu melekat kembali dimukenah kesayanganku. Mukenah yang aku sayang-sayang. Mukenah yang usianya sudah hampir 9 tahun. Mukenah bali yang lembut yang bahkan sudah kumiliki disaat semua orang belum banyak membicarakannya. Mukenah yang menemani hari-hariku sejak kelas 2 SMA hingga sekarang, beberapa tahun setelah wisuda. Mukenah yang setia. Hihii..


Awalnya mukenahku itu belum banyak jamur hitamnya. Hanya beberapa titik-titik kecil disisi-sisinya. Ssstt.. Bukan karena jarang dipakai sholatyaa.. Itu karena mukenah baliku ini hanya khusus dipakai sholat dirumah atau kostn saja (subuh, magrib, dan isya). Sedang untuk zuhur dan ashar aku biasa menggunakan mukenah parasut yg bisa aku bawa kemana-mana. Tapi akhir-akhir ini, ketika aku kehilangan tempat mengadu (pantai), aku lebih banyak menangis dan mengadu karena berbagai hal yang merapuhkan hatiku kepadaNya. Berlama-lama bersimpuh meminta yang terbaik hingga keringat dan airmata sama-sama bercucuran. Hehe.. Oke skip abaikan. -_____-"


Kembali ke jamur..
Jamur hitam itu benar-benar membuat ku risih. Aku seperti tergerak untuk mencari tahu cara menghilangkannya. Aku tidak mau mukenah itu berakhir di lemari lagi lantas beli baru sebagai ganti. -,-"


Mukenah itu harus diselamatkan !!! *lebay :p


Hasilnya??? Berhasil??? || Iya. Yeeeyy.. Horaaai.. ^_^


Terimakasih jaringan internet dihape androku..
Terimakasih pakde Google..
Dan, terimakasih banyak untuk beberapa blog yang aku lupa simpan sumbernya karena banyak membantu dalam memberikan inspirasi (udah kaya nulis sanwacana skripsi deh :p).


Caranya gampang !!! Bahan-bahan pun mudah didapatkan. Hanya butuh cuka masak, garam, perasan jeruk nipis, dan air panas.
Dari beberapa sumber yang aku baca, mereka rata-rata menyarankan untuk menggunakan salah satunya saja. Tapi aku menggunakan semuanya. Wkwkw..


Cara menghilangkan jamur hitam dimukenah:
√ campur setengah botol cuka masak, air perasan dua buah jeruk peras, dan garam dengan kira-kira 1/2 liter air dingin.
√ rendam bagian mukenah yang berjamur.
√ tunggu sampai 30 menit.
√ setelah 30 menit, tuang air panas kedalam rendaman air cuka tadi.
√ tunggu lagi hingga air berubah hangat-hangat kuku sekitar 15 menit. Kucek-kucek lembut dibagian yang berjamur.
√ setelah selesai dikucek-kucek, rendam seluruh bagian mukenah ke dalam air deterjen. Cuci seperti biasa.
√ setelah dibilas, jika masih tercium bau cuka, bisa diberi pengharum pakaian. Lalu jemur.


Dan... Walaaaa... Langkah-langkah itu berhasil. Its work it. Yihaa.. \(^_^)/


Resep itu bekerja. Jamur-jamur itu memudar. Bahkan setelah kering, sudah hampir tidak nampak.


Issh.. Jangan menggerutu dulu.. Cara ini memang tidak bisa langsung menghilangkan jamur dengan sekali saja. Memang butuh 2 -3 kali pengulangan agar menjadi seperti baru lagi. -___-" Tapi tetap boleh dicobaaaa !!! Ini aku sertakan foto setelah dicuci dengan resepku ini. Sayangnya tidak sempat foto sebelum dicuci sih.. Yang pasti, mukenah ku ini awalnya parah banget jamurnya.. -____-"

Tak Punya Hak

Rabu, 25 Maret 2015
Pagi ini, ketika matahari mulai ceria; menampakkan aura bahagia dengan cahaya yang istimewa. Aku justru sedang bersedih. Aku benar-benar butuh tempat untuk mengadu. Mengadu !

Siapa pun mungkin akan butuh tempat mengadu ketika berada diposisiku sekarang. Bagaimana mungkin, aku bahkan tidak punya hak untuk memikirkan perasaanku. Tidak punya hak untuk mengatakan apa yang aku rasa. Bahkan untuk bicara sekalipun.
Sabar memang tidak enak.. ^_^ Tidak pernah enak!


Ketika semua orang disekitarmu mulai memaki. Menyumpahi. Mengata-ngatai dibelakangmu tapi kau mendengarnya.

Ketika orang yang sangat kau cintai bahkan tak mau berbagi bahagia lagi. Memutuskan hakmu.

Ketika semua ibadahmu selalu dibanding-bandingkan dengan saudaramu yang lainya. Bukankah ibadahmu adalah urusanmu dengan Tuhanmu?

Mengapa hidup ini begitu berat ketika ingin memulai sesuatu yang baik?

Satu-satunya tempat mengadu adalah Allah; Tuhanku. Sang Maha segala-galanya.

Semoga Allah senantiasa membolak-balikkan hati mereka yang memaki, menyumpahi, mengata-ngatai, memutuskan hakku, dan bahkan selalu membanding-bandingkan ibadahku.

Dan semoga aku bisa punya sabar yang tidak berujung. Bisa meluaskan sabar dihati seluas samudera. Aamiin.

Mereka yang Datang

Rabu, 11 Maret 2015
Sayang..
Beberapa hari ini hujan. Aroma tanah kesukaanku bisa kuhirup dalam-dalam. Segar sekali.



Sayang..
Hari ini udara seperti berkali-kali meminta kupeluk erat.
Seperti tak ingin kuabaikan sedetikpun.
Kau tahu kan aku begitu menyukai mereka?
Hujan, aroma tanah ketika hujan, dan dingin.
Sama seperti rasa sukaku kepadamu. Terlalu.
Mereka yang ku suka seperti memahami kesedihanku tanpamu.
Mereka yang ku suka seolah menyemangatiku.
Mereka yang ku suka sedang berusaha menghiburku yang selalu sepi.


Mereka benar-benar menenangkan hatiku.
Setidaknya aku tidak sendiri hari ini, Sayang..
Hari ini begitu mudah kulalui.

Mimpi burukku seperti terobati seketika. Sembuh. Tak bersisa luka.
Tidak ada air mata saat melihat namamu diponselku.
Tidak juga ketika kusebut namamu dalam doa-doaku.
Aku sudah menjadi biasa tanpamu.
Aku baik-baik saja, Sayang..
Aku sudah menjadi wanita kuat seperti yang kau mau.
Aku bahkan tak lagi menangis ketika mengingat sikapmu.
Mendorongku. Mengabaikanku.
 

Aku mampu, Sayang..
Jadi biarkan aku terus seperti ini.
Seperti yang kau mau.
Seperti tebu yang telah kau hisap habis manisnya.

Tak apa, Sayang..
Meski aku suka. Meski aku memohon.
Tolong...
Jangan pernah kembali.
Jangan pernah mengobati.
Karena aku tak mau kau lagi.

Apa Ini Cinta?

Minggu, 08 Maret 2015
Setelah banyak yang terjadi akhir-akhir ini, timbul banyak pertanyaan aneh yang berputar-putar dikepalaku. Tentang seseorang yang benar-benar seperti menginginkan untuk aku perjuangkan. Meski sebetulnya telah tinggal lama dihatiku. Seseorang yang membuat hatiku tiba-tiba menjadi "memar"; terhantam.
Dari banyak obrolan yang kami bicarakan (meskipun hanya lewat telepon; kami LDR), aku dapat membaca satu ujung dari semua rangkaian kata-katanya. Aku mengerti jika dia seolah berkali-kali berkata "berjuanglah mengambil hatiku".
Apakah kata-kata itu menggangguku? || Iya. Jelas. || Mengapa? || Karena kata-kata itu keluar setelah kami menjadi pasangan kekasih selama sepuluh tahun. Karena dia laki-laki. Dan karena seharusnya tidak ada yang harus diperjuangkan jika masih sama-sama cinta.
Mengapa aku harus berjuang mengambil hatinya?
Memangnya kenapa dengan hatinya?
Apa hatinya bukan milikku lagi, sehingga aku harus benar-benar berjuang memilikinya?
Apa dia sudah tidak bisa meneruskan tetap tinggal disisiku jika aku tidak memperjuangkan hatinya?
Aku seperti ingin berteriak. Memaki diriku sendiri. Betapa tidak, aku yang seperti kerbau dicokok hidungnya hanya menurut saja ketika dia menyuruhku berusaha sekuat tenaga "memperjuangkannya" lagi. Apa aku punya hati yang besar untuk memperjuangkan orang yang tidak memperjuangkanku?
Dalam otakku yang kecil ini, tiba-tiba dipenuhi banyak pikiran yang tidak karuan. Banyak pertanyaan yang ingin sekali aku tanyakan padanya, tapi tidak pernah bisa tersampaikan.
Apa hanya aku yang harus memperjuangkan hatinya, berusaha memikat hatinya agar kembali padaku?
Apa hanya dia yang boleh diperjuangkan (tiba-tiba aku merasa egois)?
Kenapa dia juga tidak memperjuangkan aku (bertambah egois), bukankah jika sudah "saling cinta", tidak harus berjuang sekuat tenaga untuk memiliki. Untuk mengambil hati. Tidak diminta pun pasti akan saling memberi.
Haha... Lalu ini apa?
Bukankah jawabannya sudah pasti? Sudah pasti dia tidak lagi mencintai aku.
Mungkin aku semembosankan yang dia pikir, sehingga dia bahkan harus banyak berpikir untuk menyerahkan hatinya padaku? Atau mungkin aku tidak berhak memiliki hatinya?
Arrgh......
Dia benar-benar menjadikanku orang yang banyak berpikir negatif belakangan ini.
Meski pada akhirnya aku memutuskan untuk berusaha "memperjuangkan" hatinya lagi, aku menyadari satu hal. Semua tidak akan kembali seperti dulu. Karena aku kekasihnya. Karena aku mengenalnya. Dan karena akupun tahu, memar hati yang sudah terlanjur biru itu, tidak akan pulih meskipun kelak aku mampu mendapatkannya setelah lelah berjuang.
... dan yang paling aku takutkan adalah aku justru tidak bisa tetap tinggal disisinya lagi. Karena kesia-siaan yang dia lakukan padaku telah terlanjur mengubah biru hatiku.
Karena cinta seharusnya SALING MEMPERJUANGKAN.
Karena cinta seharusnya BERSEDIA MEMBERI meski tidak diminta.
Karena cinta seharusnya TETAP TINGGAL bukan MEMINTA DIPERJUANGKAN.
Sudut renungan..
Sambil mendengarkan, Teruskanlah by AgnezMo
8 Maret 2015

Jangan Memaksaku Membenci Mu !

Jumat, 13 Februari 2015

Sepuluh tahun sepertinya tidak cukup untuk mu mengenal ku !

Pertengkaran malam ini sepertinya membuat ku sedikit membuka mata. Ada apa dengan hubungan kita? Kau bahkan sudah enggan mendengarkan protes ku. Kau bosan! Kau bahkan seperti tidak menginginkan ku lagi. Kau selalu berpikir aneh tentangku.


Ini pertengkaran yang sepele. Masalah kecil. Tapi itu JIKA masalah ini bukan masalah JANJI a.k.a komitmen.


Harusnya kau sudah paham betul bagaimana aku akan marah ketika kau abaikan, ketika kau lupa menyapaku meski hanya untuk berbasa-basi menanyakan hal-hal sepele di telepon, ketika kau dengan sengaja mendorongku menjauh sesaat karena kesibukanmu, ketika kau bahkan melupakanku sehari penuh. Kau melupakannya...


Kau tak lagi peduli bagaimana jika aku sendirian. Bagaimana jika ku menangis. Jika aku tertawa sendirian. Jika aku rindu. Ahh.. Kau memang sudah banyak berubah sepuluh tahun ini.


Kau menyalahkanku ketika aku protes karena tak diberi kabar. Tak kau perhatikan. Tak kau ingat. Tak kau hiraukan.


Kau asik dengan dunia barumu.


Kau mungkin benar. Kau bahkan tak beranjak meninggalkanku. Kau tak mendua. Kau masih ada di sampingku. Tapi kau salah jika mengira, dengan terus "ada" tidak akan membuatku merasa kehilangan. Kau meninggalkanku dengan caramu. Cara paling halus tapi menyesakkan. :)


Malam ini tiba-tiba aku benci semua yang dibicarakan mulut manismu. Bicara janji-janji yang membuat ku percaya sepenuhnya padamu.


Akan ada hari dimana aku akan dengan sangat berani mengatakan bahwa aku bisa tanpamu. Melepasmu. Melepaskan genggaman tangan kita yang memang sudah renggang. Dan memutuskan untuk berdiri sendiri. Kau akan menyesal dan aku tak akan mengubah keputusan.


Camkan.

Kemana Bisa Memaki ?

Rabu, 11 Februari 2015

Akhir-akhir ini banyak yang menjadi renungan saya. Lebih jujur pada diri sendiri kadang tidak membantu sama sekali. Memperburuk mungkin. Semua yang tidak ingin diingat akan muncul kembali saat berusaha jujur pada diri sendiri. Dalam konteks apapun !! Tidak perlu ditanyakan ! Hmm..

Tidak juga untuk bercerita pada blog pribadi seperti ini. *lah ini apa kalau bukan cerita? | skip abaikan !*

Sebenarnya saya lebih suka berteriak. Meneriaki apa saja yang sedang saya keluhkan. Memaki semua yang semakin memperburuk keadaan saya. Hingga suara serak namun melegakan. Tapi akhir-akhir ini saya kehilangan tempat mengadu. Dulu ketika kuliah, pantai adalah tempat paling nyaman untuk memaki dan meneriaki semua kekesalan saya. Paling NYAMAN ! Kenapa? Karena hanya tempat itu yang bersedia menampung kekesalan saya yang tanpa ampun. Menyaksikan bagaimana saya pernah menangis karena patah hati, sampai menangis karena punya pacar lagi.

Semua kesakitan yang memenuhi rongga-rongga dada bisa saya ledakan di sana. Biar mengudara. Biar terbawa angin laut jauh dan tidak kembali lagi.

Tapi kali ini, ketika kesakitan itu tengah memenuhi rongga-rongga dada dan siap diledakan, tidak ada lagi tempat penampungan luka. Tidak ada lagi pantai bahagia. Semua seakan menjauh. Saya seperti ditinggalkan meskipun sebenarnya meninggalkan.

Seperti yang saya katakan diawal, jujur pada diri sendiri malah membuat saya semakin kesakitan. Tidak ada teriakan yang melegakan. Semua terjadi karena terus dipendam dan terus dipendam. Dan ketika hati yang telah menjawab, banyak pertanyaan kembali pada saya. Saya yang tidak berdaya hanya berusaha jujur, tapi tidak pernah mengobati. Justru semakin menyakiti.

Saya sepertinya harus berusaha menemukan kembali tempat baru untuk mengadu. Atau belajar mengobati luka dengan lebih banyak memendam dan bertahan. Menjadikan diri sendiri sebagai tempat mengadu. Belajar manjadi penasehat yang baik buat hati. Dan mulai meredam semua luapan emosi. Meskipun sulit, mungkin tidak akan terasa berat, apalagi dalam keadaan terpaksa seperti ini. Hehe..

Doakan saya. Semoga kehilangan tempat mengadu justru semakin membuat saya semakin dewasa diusia 25 ini. *eh

Palembang,
Sambil mendengarkan, Dia dia dia

K-Drama buat Kaum KurJa

Selasa, 20 Januari 2015

Sudah satu tahun belakangan ini saya terserang drama Korea. Tidak. Tidak semua yang berbau Korea yang saya suka. Hanya drama-nya saja. Itupun tidak semua. Hanya yang menarik perhatian saya saja yang saya tonton sampai habis. Hahaha.. Sudah persis seperti ABG 18+ deh pokoknya. Wkwkw..

Dulu saya sempat benar-benar tidak suka drama Korea. Dimata saya kala itu, menonton drama Korea hanya membuang-buang waktu saja. Maklum pikiran anak tingkat akhir yang lagi semangat-semangatnya nyelesaiin skripsi memang sedikit agak kolot. Pikirannya hanya bagaimana bisa dengan cepat ACC dan "SIDANG" hehe.. Bujuk rayu teman-teman pun selalu saya tolak mentah-mentah. Bahkan saya sampai pernah ngatain temen-temen ku yang "K-Drama Lovers" sebagai "Kaum KurJa" a.k.a Kaum Kurang Kerjaan. Karena masih bisa menyempatkan diri untuk nonton berjam-jam dan mengabaikan skripsi mereka berjam-jam pula. Hmm.. Dan hasilnya mereka yang berbarengan menyumpahi saya kalau nanti suatu saat akan menjadi  Kaum KurJa juga seperti mereka.. Hahah.. Taraaaa... Sumpah mereka kini berefek padaku.. :D

Sekarang, seperti tidak pernah bosan, saya terus ketagihan dengan drama Korea yang notabene ada 16-21episode setiap judulnya. Dan butuh waktu berjam-jam untuk menyantapnya hingga tuntas. Hahaha..

Drama Korea yang terakhir saya tonton adalah Pinocchio. Dan saya selalu puas. Eit, bukan berarti saya tidak suka drama Indonesia loh. Drama Indonesia a.k.a Sinetron menurut saya terlalu panjang. Terlalu bertele-tele. Ngalor-ngidul ceritanya. Jika tidak bertele-tele mungkin saya bisa dengan senang hati juga menantinya. :(

Skip. Oke lanjut ke drama Korea.
Yakin deh, siapa saja yang masih enggan menonton dan beranggapan kalau drama Korea itu "alay" pasti akan langsung mengubaha persepsinya setelah menonton. Tipsnya adalah cobalah menonton dari awal. Tidak sulit kok memahami drama Korea. Tidak bertele-tele. Dan dijamin deh, pasti ketagihan setelah habiskan satu judul. Hehe