Bolehkah Aku Lelah Berlari Kearahmu?

Kamis, 18 Agustus 2016

Apakah dijatuhi cinta dan dijatuhi sayang itu harus sesakit ini?

Ratusan pertanyaan berputar tiada hentinya dikepalaku. Hanya itu-itu saja. Tapi ratusan rupa.

Dia. Pria itu. Begitu mudahnya membuat aku jatuh cinta. Mudahnya membuatku jatuh sayang. Bahkan begitu saja sekuat tenaga membuatku terus berusaha menerima kesalahan-kesalahannya. Menerima semua buruk-buruknya.

Aku hanya ingin marah SEKALI saja. SEKALI.

Aku tidak pernah lagi protes ketika dia abaikan.
Tidak marah ketika jatuh sayang itu harus sebelah tangan.
Tidak marah ketika kau suruh terus bersabar (untuk semua yang kau anggap berlebihan).
Bahkan terus berusaha tidak marah ketika kau anggap "tak ada".
Aku menerima. Menerima semuanya.

Bolehkah aku lelah?

Aku seperti terbangun dengan rasa ngilu disekujur hatiku.
Aku seperti lelah berlari menggapainya.
Karena apa yang selalu aku usahakan untuk menggapaimu selalu berkhiran sia.

Dia selalu punya mimpi dengan seseorang yang bagaimana dia akan menghabiskan masa tuanya. Dan aku selalu tau, itu bukan aku. Aku wanita yang cukup tau diri. Wanita dalam imajinya bukanlah aku yang melulu berlari kearahnya dan berkhayal dikejar kembali olehnya. Aku selalu jauh dari semua mimpi-mimpinya.

Semoga catatan ini hanya masuk dalam draf blogku. ;)

Sambil mendengarkan goodbye by jessica
1agustus2016

Apakah Ini Mimpi ?

Sabtu, 23 Juli 2016

Apakah aku sedang bermimpi? Please, bangunkan aku segera jika ini adalah mimpi.


Hidup seperti sedang mempermainkan perasaanku. Begitu cepatnya 'ia' membolak-balikkan kenyataan. Hingga aku; bahkan masih saja sulit mempercayainya.


Aku mungkin kerap meminta kepada-Nya untuk memberikan yang terbaik untukku, mewujudkan semua doa-doaku. Tapi, untukku; yang notabene adalah pendosa, sepertinya semua itu hanya sebatas khayalan. Jauh pasak daripada tiang. Allah pasti memilah betul mana doa-doa yang pantas dikabulkan untukku.


Hmm..


Tapi kali ini, kuasa-Nya benar-benar berlaku untukku. Ia memang maha segala-galanya. Bahkan dalam urusan membolak-balikkan hati dan perasaan manusia. Tiada duanya.


Namun, sepertinya aku masih saja kurang bersyukur. :(


Karena doa-doa yang melulu aku panjatkan akhirnya dikabulkan, diwujudkan. Aku nyatanya justru seperti terus bertanya-tanya, apakah ini nyata? Apakah aku terlalu lelah hingga memimpikan banyak hal-hal yang indah?


Salah satu doa yang dikabulkan-Nya adalah doa-doaku tentang dia; pria yang melulu aku doakan agar hatinya kembali sepenuhnya kepadaku. Di jadikan jodoh paling baik untukku. Dan Allah sang maha pemberi nikmat begitu tiba-tiba mengabulkannya. Dikembalikannya hati pria itu kepadaku. DidekatkanNya lagi hati pria itu kepadaku. Semua pikiran pria itu bahkan sudah sepenuhnya kepadaku.


Tapi aku ?


Bukannya percaya. Aku justru memilih terus bertanya. Apakah ini nyata? Apakah benar dia kembali kepadaku?


Ya Allah, aku harus apa? Harus bagaimana? Apakah hatinya benar-benar sudah untukku? Apakah dia adalah jodoh yang kau tetapkan untukku? Begitu banyak pertanyaan berputar dikepalaku karena masih melulu ternganga.


Ampuni aku yang tidak mensyukuri nikmatMu ya Allah.. Ampuni aku.. :(


Terimakasih ya Allah, terimakasih karena telah mengabulkan doa hambuMu yang pendosa ini. Terimakasih.. Alhamdulilah.. :)


Metro, 22 juli 2016

Menutup Mata, Membesarkan Hati

Selasa, 12 Juli 2016

Sudah 7 bulan sejak awal pertengkaran hebat kami akhir tahun lalu. Kami dalam arti dua orang yang masih berada didalam lingkaran suatu hubungan. Dalam ikatan yang sudah terlanjur lama, tapi belum juga ada kepastian akan seperti apa akhirnya karena sudah sengaja dihancurkan oleh salah satunya; priaku.

Awal tahun 2016 ini aku seperti dibukakan matanya oleh Allah. Ditegur untuk semua keegoisan dan kelalaian selama ini oleh-Nya; Sang Maha Pemberi Nikmat. Cobaan besar diberikanNya untukku. Diuji kesabaran dan emosinya. Memberitahu padaku artinya sakit, artinya berjuang, artinya membenci, hingga melukai. Sangat komplit. Semua seperti sengaja berputar dikepalaku tanpa jeda. Tanpa ada titik atau koma.

Dan berdoa adalah salah satu yang akhirnya aku candu selain dia. Berkali-kali dalam sehari. Dengan doa yang sama dan untuk harapan serta keinginan yang sama.

Meski aku membenci hal yang dilakukan pria itu padaku, tapi mendoakannya adalah apa yang tidak pernah bisa aku lewatkan untuknya. Karena membenci, bukan berarti berhenti mendoakan. Aku mungkin kerap mendoakan hal-hal buruk ketika marah. Tapi kali ini, untuk pria ini, aku benar-benar berusaha mendoakan hal-hal baik untuknya.

Masalah kami cukup berat kali ini. Terutama untukku. Aku seperti sedang diberi teguran keras, jawaban untuk semua keraguanku kepada pria yang sudah 11 tahun ada untukku sudah terjawab. Tapi alih-alih meninggalkan, aku justru melulu berusaha mempertahankan. Rasa sayang dan takut kehilangan malah justru memeluk hatiku sangat erat. Aku bertahan. Bukan karena aku mampu memaafkan. Tapi karena hubungan ini layak aku perjuangkan.

Sebagai manusia biasa, memaafkan mungkin dengan mudah bisa aku ucapkan begitu saja. Tapi dalamnya hati? Inilah bagian tersulit dan terberat ketika aku bilang sedang diberi ujian. Aku nyatanya belum mampu sepenuhnya mengikhlaskan, belum mampu sepenuhnya memaafkan, bahkan untuk memaafkan diri sendiri karena sudah memberi kesempatan untuk dilukai. Memang nyatanya, mengobati tidak semudah yang kita katakan.

Tidak perlu aku sebutkan, mungkin kamu sudah tau masalah kami ini. Dan dengan berani, kamu akan mengatakan bahwa aku bodoh. Kenapa? Karena disini, didalam masalah ini, hatiku yang terluka, tapi aku yang memaafkan, aku yang bertahan, dan aku juga yang memperjuangkan. Tak apa kalau aku terlihat bodoh. Nyatanya cinta memang tidak sebercanda itu. Cinta memang harus diperjuangkan. Tanpa jeda. Itulah kenapa aku masih mampu mendoakan hal-hal baik untuknya.

Semoga saja pilihan untuk terus memperjuangkan dan melulu mendoakan bukanlah pilihan yang salah. Karena banyak hal menjadi sia-sia justru karena kita salah menentukan pilihan.

Ketika aku menulis ini, jemari pria yang sedang aku perjuangkan itu baru saja hendak meremas kembali jari-jariku dengan erat lagi. Jemari tangannya seolah berkata "kita bisa menua bersama". Pria itu mungkin memiliki banyak dosa kepadaku, dan kepada Allah Sang Pemberi Nikmat. Tapi tidak akan jadi masalah berarti untukku. Toh aku; yang notabene juga pendosa, juga tidak pernah luput dari kesalahan.

Katika kita diperlakukan buruk, doa-doa baik nyatanya justru lebih sering didengar dan menjadi pertimbangan-Nya untuk segera dikabulkan. Karena tanpa kita sadari, satu persatu dari doa-doa baik yang aku ucapkan nyatanya sudah terwujud. Meski bukan diwaktu yang aku inginkan, tapi jelas diwaktu yang paling tepat.

^_^

Semoga, semoga, dan semogaaa.. Doa-doa baik yang aku candu untuk pria ini bisa didengar dan diijabah oleh-Nya. Agar perlahan situasi rumit nan komplit ini bisa cepat berlalu atau setidaknya berakhir manis. Aamiin, aamiin, aamiin ya robbalalaamiin..

Metro,
Sambil mendengarkan Teman Hidup by Tulus