“Hujan,
hujan…”
Seorang laki-laki yang sedang menjajakan makanan tiba-tiba berteriak sambil
mengemasi dagangannya kemudian lari pontang panting mencari tempat berlindung
yang tidak jauh dari tempatnya berjualan, sambil terus mengumpat dan menggerutu
tidak karuan.
Spontan saja pemandangan yang dari tadi Saya amati dari teras
rumah ini mengundang perhatian Saya.
Ternyata, tidak semua orang menyukai hujan. Disaat Saya sedang
mensyukuri nikmat yang begitu besar yang sedang semesta berikan. Ternyata masih
ada saja orang belum bisa mensyukuri nikmat yang semesta berikan ini. Sungguh membuat
hati Saya sedih.
Hujan hari ini memang sangat deras. Tiap tetesnya menimbulkan
gemercik alunan nada yang khas dan wangian tanah kesukaan ku. Menyenangkan. Menghantarkan
kehangatan yang membahagiakan. Karena dengan hujan kami semua bisa berkumpul. Berbincang
tentang semua hal yang kami lewati hari ini, ditemani secangkir besar teh hangat
dan sekotak roti kaleng kebahagiaan.
Hujan kali ini lama. Lama sekali. Mungkin sangking lamanya, lelaki
penjaja makanan yang dari tadi sudah terus-terusan mengumpat, sudah kedinginan
termakan umpatannya sendiri. ^_^
Hujan kali ini lama. Lama sekali. Membuat suasana akrab semakin
mengangat di ruang keluarga kami. Menghantarkan kami pada sebuah tawa
kebahagiaan.
Sudah satu jam lebih semesta terus menerus mengungkapakan
kerinduannya pada tanah. Pada bumi tempat Saya menjalani sisa hidup. Tapi tetap
menyenangkan. Menyenangkan sekali.
Berharap hujan terus menerus adalah hal mustahil yang akan semesta
berikan pada Saya. Tapi berharap hujan terus menhangatkan rumah kami, bukanlah
suatu yang mustahil.
Semoga semesta tidak pernah bosan mengahangatkan rumah kami. Dengan
suara gemercik dan wewangian tanah kesukaan Saya.
Terus hujani
Saya dengan kehangatan yang membahagiakan… ^_^
Bandar
Lampung, 01 Desember 2011
Pristia_KW25
Mendengarkan : Mesin Penenun
Hujan - Frau