H-3

Jumat, 25 Juli 2014

Seperti sebelumnya, semua masih terasa begitu menyenangkan. Tapi tidak begitu dengan kisah romanpicisan ku. Lagi-lagi jarak menjadi sesuatu yang harus kami perjuangkan bersama. Saling berusaha menjaga amanah rasa yang sudah dititipkan agar selalu saling mendoakan meski dalam doa.

Tinggal 3 hari lagi menjelang lebaran. Alhamdulilah berkat rezeki yang terus mengalir berkat limpahan kemurahan-Nya, toples-toples kue dan permen gula-gula sudah siap ditata dimeja ruang tamu dan keluarga. Bersiap menyambut handai taulan yang hendak bersilahturahim.

Baju lebaran sudah siap. Budged yang ditafsir diawalpun ternyata lebih, alhamdulilah. Masih bisa ditabung dan di investasikan nantinya. Uang THR sudah siap dibagikan. Tidak ada persiapan yang kurang sejauh ini. Hanya tinggal membereskan sedikit debu-debu nakal yang tidak pernah melewatkan barang seharipun untuk menempel erat di keramik-keramik dan bunga porselen ku.

Sebisa mungkin kutahan keinginanku berlebaran dengan men100%kan pendapatanku. Setidaknya masih harus tersisa 60% untuk investasi dan lain-lain. Harus berhemat !! Hidup tidak hanya sampai dihari lebaran kan ???

Berpikir pintar itu perlu, Dear.. :)

-menulis sambil ngantuk berat- ----______----

Gara-gara Pilpres

Sudah bukan waktunya saling melepaskan.

Lebaran !! Yey !! \^^/

Hampir satu bulan rumah kami bercahaya. Semua berpuasa. Menyambut bulan ramadhan dengan penuh gempita. Bahagia. Alhamdulilah masih diberi kesempatan untuk berkumpul di ramadhan tahun ini. Bisa berbuka dan sahur bersama. Hampir semua kegiatan keagamaan seperti sholat, dan tarawih dilakukan bersama. Terlebih karena Ebes sudah memasuki masa persiapan pensiun. Sudah bebas dinas setelah lebih dari 38 tahun mengabdi kepada NKRI dengan prestasi yang sangat memuaskan di TNI-AD.

Tidak ada lagi jadwal merengek adik-adik yang ingin minta diantarkan berlibur untuk berlebaran dekat dengan nenek. Cuti gelombang berapa pun tidak lagi jadi persoalan. Semua bahagia. Semua senang.

Baru tahun ini kami benar-benar bahagia. Bukan tak pernah bahagia, tapi tahun ini yang paling special. Duduk dimeja makan berenam dan menikmati hari-hari Ebes tanpa tekanan dari komando sungguh menyenangkan. Tidak ada lagi siaga satu menjelang pilpres dan setelah pilpres. Tidak ada lagi keluhan karena mendapatkan cuti gelombang tiga yang notabene berlaku 3 hari setelah lebaran.

Sungguh puji syukur yang tidak terkira tahun ini. Begitu banyak yang harus kami sekeluarga syukuri. Bertubi-tubi nikmat itu datang. Aku wisuda, kembar adikku tamat SMA, rezeki berlimpah, quality time family, kembar lulus PTAIN, dan masih banyak lagi. Terimakasih ya Allah.

"Nikmat mana lagi yang hendak kau dustakan"

Semoga kami sekeluarga bisa terus bersyukur kepada-Mu ya Allah. Aamiin.

Metro, 25 Juli 2014

Tersulit

Kamis, 24 Juli 2014

Apapun dalam hidup ini yang benar-benar paling mudah dilewati adalah bernafas. Tak dipungut biaya sedikitpun oleh sang pencipta-Nya, tidak pula dibebani pajak seperti yang kerap kita keluarkan kepada pemerintah yang notabene malah bukan "sang pencipta". :-)

Sedikit ingin curhat malam ini. Ada banyak yang akhirnya diawali dengan jalan yang termudah, tapi diakhiri dengan kesulitan yang begitu melilit hati. Contohnya saja saya. Setelah lulus kuliah dengan begitu susah payah, saya masih harus bersaing dengan penburu kerja yang lain. Saya kira, lulus lama dari perguruan tinggi negeri ternama karena dosen yang terlalu otoriter dan realistis bisa membuat saya langsung diterima kerja begitu saja diperusahaan apa saja yang saya mau. Nyatanya tidak semudah itu.

Kerja. Kerja. Kerja.

Siapa yang tidak mau mendapatkan pekerjaan yang baik, tidak melelahkan, tapi menghasilkan banyak pundi-pundi uang? Semua pasti mau. Termasuk saya. Tapi memperoleh itu tidak bisa semudah mengucapkan kata "ingin" semata.

Pelajaran hidup yang tidak bisa saya persalahkan karena sudah terlalu kejam mengingatkan bahwa selalu ada ujian untuk semua orang, pun saya; yang diawali dengan jalan yang begitu mulus saat memasuki perguruan tinggi negeri, tapi melewati jalan dengan bongkahan batuan gunung saat ingin mengakhirinya. Setelah lepas dari batuan gunung, timbul lagi gurun pasir. Gersang. Jadi pengangguran di title S1 yang padahal sudah dengan terengah-engah melewatinya.

Hidup memang tidak bisa kita atur. Tidak bisa kita stir. Usaha yang maksimal pun belum bisa sempurna tanpa campur tangan-Nya. Hidup memang sudah ada yang mengatur. Jika usaha sudah dirasa maksimal, tinggal kita berserah. Segala keputusan Ia yang membuat, kita sebagai manusia hanya bisa meminta yang terbaik kepada-Nya.

Semoga Allah memberikan yang terbaik dari yang tersulit yang sedang saya hadapi kini. Aamiin ya robbalalaamiin.:-)

Insha Allah Ada Jalan :)

Rabu, 16 Juli 2014
Sore ini adalah saat-saat yang paling ditunggu kedua adik kembarku. Hasil pengumuman SBMPTN yang telah diujikan satu bulan yang lalu keluar sore ini. Aku, ibu bapak, dan ketiga adikku menanti dengan deg-degan. Harapan kedua adik kembarku untuk lulus tes ini sangat besar. Bagaimana tidak, aku dan adik dibawahku; Winda lulus di jalur ini beberapa tahun yang lalu. Mengalahkan ribuan pendaftar lainnya.

Karena ini bulan ramadhan, kami berniat membuka hasil pengumuman setelah berbuka puasa dan sholat magrib, agar tidak lantas mengganggu ibadah ketika hal terburuk yang kami dapati. :)

Dan ternyata, kekecewaan memang yang kami rangkul.Kedua adik kembarku tidak ada yang lulus. Rumah kami hening. Kergambar jelas kekecewaan dimata kedua adik kembarku. Meskipun mereka sebenarnya sudah diterima di IAIN Radin Inten Bandar Lampung, dan IAIN Surakarta tapi tetap saja keinginan yang membuncah untuk kuliah di Universitas Negeri begitu besar. :(

Keluarga kami berduka. Kecewa. Tapi mereka harus tetap kuliah. Tidak lulus SBMPTN bukan berarti lantas mereka tidak melanjutkan kuliah. Orang tua ku mendukung hal itu. Bagi kedua orangtua ku, kekecewaan adalah hal yang manusiawi, tapi selama kita sudah berikhtiar semaksimal mungkin, maka ikhtiar itu tidak akan pernah menjadi sia-sia. Batas kemampuan kedua adikku mungkin tidak bisa dibandingkan dengan aku dan Winda adikku, tapi aku tahu mereka bisa berada diatasku mungkin saat tidak di Universitas Negeri. Allah sudah mengatur yang terbaik untuk adikku, Insha Allah.

Hapus air mata kalian adik-adikku. Ini adalah perjalanan hidup yang harus kalian lalui. Mungkin kalian harus melewati ini dengan linangan air mata dahulu, tapi insha Allah ada jalan terbaik yang sudah dipersiapkan Allah setelah linangan air mata ini, Adikku. *peluk*

Insha Allah kekecewaan ini mampu mendewasakan kalian berdua. Aamiin Allahuma Aamiin.