Aku, dan Bagian Kekanak-kanakan Dalam Diriku

Sabtu, 31 Desember 2011
 
 
 
Akhir akhir ini aku seperti anak kecil. Bisa tiba tiba menangis hanya karena hal sepele. Seperti  ketika balon yang sedang mereka genggam erat pecah tanpa aba aba karena tekanan udara di sekitarnya. Mereka merasa itu akhir dari kebahagiaan. Mereka merengek meminta kembali balon itu menjadi utuh, bukan meminta sebuah balon yang baru.


Mereka ingin yang itu, balonnya yang telah rusak. Walau pun orang dewasa di sekitarnya mengiminginya mainan yang lebih mahal dan bagus, mereka tidak peduli. Rasa memiliki mereka pada sesuatu begitu tinggi. Mereka memperlihatkan kesetiaan mereka dengan tangisan. Mata mereka berkaca kaca. Mereka terluka.


Tetapi ketika kesedihan mereka meredup, mereka tak lagi akan menangisi hal yang sama untuk ke dua kali. Anak anak, mereka total pada luka mereka, sekali dan kemudian kembali bahagia. Dan aku, aku begitu mirip mereka. Aku begitu mudah menangis, tetapi begitu mudah baikan.


Tetapi apa kamu tahu, hal hal sepele itu, kesedihan kesedihan itu, mereka seperti siang dan malam. Mereka rutin menghampiriku akhir akhir ini. Mereka seperti terjadual dengan baik. Mungkin, Tuhan tengah mengatur ulang jadual kebahagiaanku. Dan aku, hanya harus lebih bersabar .


Terkadang aku sering berpikir mengapa aku bisa sedemikian kanak kanak dalam menghadapi kesedihan. Apa karena aku memang terbiasa seperti itu? Atau hanya karena aku tak punya waktu berlama lama dengan mereka? Tak paham juga apakah ini hal baik atau buruk, aku hanya menjalaninya saja. Dan biasanya semua akan baik baik saja pada akhirnya, atau bila itu tidak berakhir baik pun, aku akan menganggapnya baik baik saja dengan mudah kemudian.


Yah, memikirkan mereka lama lama juga toh bukan ide baik. Mereka ada, hanya tak perlu begitu dipikirkan. Fokus saja pada yang baik, yang masih bisa membuatmu tertawa walau hanya sekedar di dalam hati. Kebahagiaan kebahagiaan kecil yang seperti bintang, yang mampu mengukir senyum tipis di tengah kegelapan kamarmu saat menjelang tidur. Aku memiliki kebiasaan mencoba mengingat hal baik sebelum tidur, mendoakan mereka yang kusayangi dan mengatakan “Aku mencintaimu Tuhan, karena Engkau satu satunya Dzat yang pasti cintanya”.


Lalu membaca doa favoritku, doa sebelum tidur. Doa yang paling pertama mampu kuhapal ketika aku masih begitu kecil. Aku begitu menyukai arti dari doa itu, mereka berbunyi; 

“Dengan namaMu ya Allah hidupku dan dengan namaMu pula ya Allah matiku.”

Dan aku, terkadang aku berpikir apa yang akan kamu lakukan bila kamu jadi aku. Atau apa yang akan kamu lakukan, bila kamu tengah bersamaku. Kamu mungkin akan memeluk, walau aku tengah tak memiliki cukup keinginan untuk memeluk kembali. Entah karena kasihan atau sayang. Tapi kurasa itu karena kamu peduli. Ya, mungkin saja.

Karena kamu yang masih mau memeluk, adalah manusia yang hangat, yang di hatinya masih tersisa perhatian untuk seseorang yang butuh kekuatan.

Yang dengan membayangkan pelukanmu saja, aku bisa merasa hangat di atas ubin dingin ini.

2 komentar:

  1. Wahyu mengatakan...:

    MAMPIR MBAK YU.....

Posting Komentar

Hujani Komentar Please