Kau dan Hujan

Selasa, 19 April 2011



Kau tahu hujan..?
Rintiknya yang mampu membuat aku bergetar ketika ia mulai jatuh ke bumi, sama sepertimu yang selalu membuat aku terdiam saat sorot mata tajam mu menatap deras dalam mata sayu ku..

Ya.. Kau sama seperti hujan. Kecintaanku padamu sama persis seperti kecintaanku pada hujan. Selalu sanggup menghipnotis detak jantungku hingga lupa berdetak dan membuat aku melupakan segalanyah saat kau dan hujan hadir. Seperti kata AdaBand, “akulah pengagum ragamu” hehee. Sedikit berlebihan mungkin, tapi itu benar-benar perasaanku yang sebenarnya, pada mu, pada hujan.

Mungkin kebanyakan orang mengira aku orang bodoh yang TAK waras dan TAK tau apa-apa tentang hujan, hingga bisa tergila-gila padanya (Hujan). Karena hujan, menurut pandangan sebagian orang hanyalah salah satu bagian dari kehidupan yang kadang menyebalkan bahkan membahayakan. Menyebalkan, karena mampu menghambat aktivitas ketika ia mulai menurunkan rinainya di pagi hari, saat orang-orang baru mau memulai aktivitasnya. Membahayakan karena hujan yang berlebihan mampu memporak porandakan satu perkampungan dengan luapan air yang berlimpah, yang bersumber padanya.

Tapi itu dimata mereka..
Dimata orang-orang yang tidak mencintai hujan..

Lain lagi bila aku yang memandangnya..
Semua proses terbentuknya hujan bahkan aku hafal. Biar ku perjelas, hujan adalah peristiwa jatuhnya butir-butir air dari atmosfer yang tampak sebagai awan dan terdiri dari udara lembab yang mengalami pengembunan (kondensasi). Jadi, sebenarnya hujan tidak datang dengan membawa rasa kesal dan bahaya. Hujan datang dengan membawa kebahagiaan.

Bagiku, butiran-butiran air yang terjatuh dari langit itulah yang seolah selalu memanggilku, mengajakku untuk menari nari diatas wewangian tanah yang mengikutinya saat hujan perlahan turun.

Pernah suatu kali kau membuatku murka, membuatku tak lagi bisa membedakan rasa sayang dan rasa benci. Tapi, dengan sabar hujan menasehatiku, menenangikan riuh legam hatimu kala itu. Lain hari, kau yang membuatku memaafkannya (hujan), saat rinainya turun terlalu banyak di iringi suara gemuruh dan disertai padamnya listrik. Dengan santai kau memberiku pengertian, “hujan hanya ingin mengungkapkan kerinduannya padamu, Sayang” ucapmu saat itu.

Ahk..
Begitu istimewanya kau dan hujan di hati dan pikiranku. Sangking istimewanya, tiap hari yang ku pandang langit, sambil berkata dalam hati, “datanglah sayang, luapkan rasa rindumu padaku, dan puaskan aku dengan butiran-butiran kasih sayangmu..”

Teruslah bersamaku, menjagaku. Melindungiku dari semua kata ragu..
...\(˘_˘)/...,... ;˚˚(^_^)˚˚; ..., \(@_@)/

Pristia Kartika Wulandari
25 Oktober 1989
16 April 2011