Hujan di Senja

Senin, 27 Agustus 2012


Saya memilih beberapa potong donat dari etalase toko roti mungil ini dan segera memasukkannya ke kantong plastik. Donat dengan lelehan coklat diatasnya. Setelah membayar, saya segera menuju ke tempat biasa saya menghabiskan sore sepulang beraktivitas. Sebuah kedai kopi di sudut jalan ini. Saya duduk di tempat favorit-dekat jendela  Dan saya sedikit menyesap coklat panas yang tadi saya pesan. Entah kenapa saya selalu membeli camilan di toko yang berbeda padahal kedai ini juga menyediakannya? Sudahlah, toh saya tidak mau repot-repot memikirkan itu.

Waktu seakan berjalan begitu cepat. Sekarang sudah hampir gelap, mungkin sekitar pukul setengah tujuh. Saya tidak tahu. Sebenarnya saya sendiri malas untuk melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kiri saya.

"Hujan..." saya berguman tanpa sadar ketika melihat bulir-bulir hujan dari langit. Hanya gerimis, memang. Namun cukup membuat saya kedinginan. Saya sekarang sedang berdiri di depan kedai ini, menunggu hujan reda. Saya bisa saja menerobos hujan dan berlari pulang seperti yang dilakukan orang-orang. Tapi saya malas, saya ingin menikmati waktu ini sebentar lagi.

Refleks, saya menoleh ke samping ketika telinga saya mendengar umpatan dari seorang pemuda berseragam SMA. Ia sedang melontarkan umpatan kepada hujan, seperti,"hujan sialan! bagaimana bisa pulang kalau begini?"

Dalam hati saya tertawa sekaligus jengkel.
Berhentilah mengomel dan nikmati waktumu.

Memejamkan mata, tanpa sadar saya mengarahkan tangan pada tetes hujan yang semakin menderas. Dingin.
Mungkin orang-orang yang ikut berteduh merasa heran dengan kelakuan aneh saya. Saya merasa, ada beberapa pasang mata yang memandang saya. heran.

hampir setengah jam...

Hujan belum juga reda. Berkali-kali saya mendapat pesan di handpone, menanyakan 'kapan pulang?', 'perlu dijemput atau tidak?'

Saya mengetik singkat, 'sebentar lagi, hujannya masih deras. tidak usah dijemput.'

Sempat terpikir, bagaimana kalau saya membeli segelas coklat panas lagi? toh sisa donat saya masih ada. Saya ragu, saya enggan meninggalkan tempat ini meskipun hanya untuk beberapa langkah saja.

Coklat panas yang ditempatkan dalam wadah plastik kini sudah ada di tangan kiri saya sedangkan tangan yang satunya lagi memegang donat yang sudah separuh saya makan.

Saya mulai jenuh, saya pun  berjalan ke arah mini market yang jaraknya tidak begitu jauh, siapa tahu di sana ada payung yang bisa dibeli.

Handpone di saku celana jeans saya terus bergetar menandakan ada pesan atau telpon yang masuk. Tidak menghiraukannya, saya tetap melangkah ke kasir, membayar payung berwarna biru muda yang saya beli.
Lampu-lampu jalan sudah sejak tadi dihidupkan. Saya bisa melihat orang-orang tengah berjalan di bawah hujan seperti saya atau yang berlari sambil merapatkan jaket yang kebetulan mereka pakai. Menghindari hujan. Sama seperti saya. Tapi saya menghindari hujan dengan payung ini. Resiko basah karena hujan pun lebih sedikit.

Ujung celana jeans saya sudah sangat basah terkena cipratan air hujan bercampur lumpur, sedikit tidak nyaman memang. Tapi saya tetap berjalan.

***

Rumah....
Saya sudah sampai di rumah beberapa menit yang lalu. Di sambut dengan pertanyaan-pertanyaan memojokkan karena pulang begitu malam. Sepertinya alasan 'hujan'  belum cukup bagi mereka.

Segelas cappucino instant yang saya beli kemarin di mini market cukup untuk menemani saya malam ini di dalam kamar yang sempit namun nyaman. Kamar adalah zona pribadi saya, 'rumah' saya.

Gerimis masih terdengar dan saya bisa mengingat dengan jelas apa yang saya lakukan dari sore tadi hingga sekarang. Mulai dari memilih donat, membaca novel di kedai kopi langganan, sampai akhirnya saya berada di kamar ini.

Rainy Afternoon...

Kata-kata itu tiba-tiba saja terlintas di benak saya. Secepat yang saya bisa, saya tulis kata-kata itu di selembar kertas, Saya juga tidak mengerti kenapa?

Hanya 'Rainy Afternoon'.


Martapura, 27 Agustus 2012
sambil mendengarkan, Mesin Penenun Hujan - Frau

1 komentar:

  1. Ruang Awan mengatakan...:

    di sini sedang hujan nona, yang setadi pagi terlihat cerah sekarang sudang menghilang, seketika berganti sendu, maka biarkan aku berteduh sejenak di sini sembari membiarkan ceritamu menambah nikmatnya sendu ini.

Posting Komentar

Hujani Komentar Please