Manakah yang Lebih Tepat

Kamis, 24 November 2011



Lagi-lagi di kepala ini selalu dipenuhi dengan pertanyaan pendek. Begitu random. Seperti yang hari ini bermain-main di kepala saya yang tepat itu “mencintai orang yang tepat” atau “mencintai pada waktu yang tepat.” Ketika pertanyaan-pertanyaan ini muncul di kepala, apa yang hendak kamu jawab.


Terdapat empat subjek : saya, orang yang dicinta, waktu, dan cinta itu sendiri. Semuanya adalah pelaku. Memainkan peranannya sesuai dengan destini. Saya adalah orang yang suka mencinta. Saya punya orang yang saya cinta. Saya ada di dalam waktu. Dan saya percaya bahwa cinta itu sendiri ada.


Saya pernah menulis bahwa : kita tidak dapat memaksa cinta untuk menghampiri setiap hati. Karena cinta adalah elemen bebas. Ia terbang, menghampiri/tidak menghampiri hati sesuka hatinya saja. Cinta tidak pernah bisa dipaksa. Sedangkan hati. Kalau saya tidak salah lebih diam. Hati memilih dalam ke’diam’-an-nya. Tapi hati tidak bergerak. Ia seperti pintu : hanya dibuka setengah, dibuka lebar, atau tidak dibuka sama sekali.


Selanjutnya adalah waktu. Waktu sifatnya kekal. Ia memang diam di tempat. Dan dari beratus-ratus tahun yang lalu tidak berubah. Waktu lebih lagi, ia tak punya pilihan bebas. Ia tidak seperti saya yang bebas, cinta yang sesukanya, atau hati yang walaupun sedikit masih punya pilihan.


Lalu bagaimana dengan orang yang kita cinta? Tidak semua kita punya orang yang kita cinta. Bisa jadi kita hidup hanya untuk diri sendiri. Bisa jadi kita memang hidup untuk masturbasi : kesenangan diri sendiri. Dan tidak perlu orang lain.


Sampai di sini manakah yang paling tepat “mencintai orang yang tepat” atau “mencintai pada waktu yang tepat.”


Tak ada jawaban yang baik, selama saya dan kamu masih senang (melakukan) *masturbasi.



*oh kata ini tidak hanya dalam konteks sexual saja. Semoga kamu cukup dewasa untuk memahami maksud tulisan saya.



Bandar Lampung, 16 Nov '11
Pristia_KW25